• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku
Hai Guys,
What's Up!



Sesuai dengan tema Purbalingga Blogger United (Babon) kali ini aku mau bahas tentang Purbalingga. Lebih spesifiknya tentang wisata di Purbalingga yang belum lama ini aku kunjungi bersama kakakku, Kak Ani. Jadi kami eksplor 3 tempat wisata di desa Rembang. Sebenarnya adalah kali kedua kami ke sini. Jadi semacam rindu yang terbayar.

Pagi itu sehabis ibadah minggu, aku dan kak Ani bersiap mau pergi, melihat cuaca yang mendung jadi enggan sih tapi daripada di rumah mulu. Akhirnya kami nekatin aja pergi, yang penting bawa jas hujan.

Sekitar pukul 10 pagi kamipun berangkat. Kak Ani yang bawa motor karena dia lebih paham arah dan jalan. Sekitar satu setengah jam berlalu kamipun tiba di destinasi pertama yaitu,

1. MUSEUM JENDERAL SUDIRMAN

Museum yang dulunya adalah rumah masa kecil Jenderal Sudirman ini berada di desa. Untuk masuk ke dalam pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar 5 ribu rupiah. Rumah yang terbilang kecil ini memiliki latar depan rumah yang luasnya sama dengan ruangan utamanya.


Ruangan utama hanya terdiri dari 2 kamar kecil dan ruang tamu yang dipenuhi lemari kaca berisi replika gambaran waktu hidup jenderal Sudirman. Sangat sederhana tidak ada yang mewah memang, namun justru menggugah. Ya tampak kesederhanaan hidup jenderal Sudirman.



Waktu sedang melihat-lihat ada satu rombongan keluarga yang baru datang, rumah langsung terasa sesak. Tapi hal ini tidak mengurangi semangat si ibu untuk mengisahkan tentang kehebatan jenderal Sudirman kepada anak-anaknya. Si ibu menjelaskan layaknya guide yang sedang bertugas. Keren sihh si ibu.
Selain keluarga ada juga rombongan anak muda yang baru datang. Memang museum ini bisa dikunjungi oleh semua kalangan.

Walaupun rumahnya sangat 'mini' halamannya ternyata sangat luas. Mungkin ini ciri khas rumah jaman dulu ya, rumahnya kecil tapi halaman luas. Selain museum ini di sekitarnya juga terdapat mushola dan aula pertemuan. Selain itu ada patung besar jenderal Sudirman dan relief kisah hidup jenderal Sudirman yang terukir di bagian depan museum. Harus banget sihh diabadikan dengan kamera. Hehehehe.

Selanjutnya kamipun menuju destinasi kedua, setelah perjalanan sekitar 30 menit dan hampir jatuh, udah jatuh sih tepatnya, hahaha. Untungnya ditolong warga setempat. Jadi jalanan ke destinasi selanjutnya itu bebatuan dan nanjak sedangkan motor kami cukup butut jadi deh jatuh. Hehehe

Syukurnya kami tiba dengan selamat, dan memulai pendakian kami menuju,

2. PUNCAK SIBARAT


Puncak Sibarat masih berada di desa Panusupan, setelah membayar tiket sebesar 10rb untuk berdua kamipun memulai trekking. Untuk menuju ke puncak maka pengunjung harus trekking sekitar 30 menit. Kamipun begitu, berhubung jarang olahraga kami berdua langsung engap setiap melangkah 5 langkah. Hahahaha. Jadinya kami sangat lama, jalan lima langkah berhenti, istirahat dan begitu seterusnya. Entahh kenapa tapi rasanya puncak kog jauh banget. Huufftt....


Rutenya memang cukup bikin engap orang yang jarang olahraga. Soalnya jalannya naik terus jarang bonus landainya. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada akhirnya kami sampai puncak. Ternyata eh ternyata puncaknya udah gak terawat lagi. Pantesan selama trekking kami hanya bertemu dengan dua orang pengunjung saja.


Jadi dulu pas pertama kali ke sini, ada beberapa spot yang masih bagus. Sekarang semua spot itu sudah rusak dan berkarat karena tak lagi dihiraukan. Hemmm agak kecewa sihh, cuma tetep happy karena view alamnya tetap indah. Dari atas kita bisa melihat desa yang ada di bawahnya. Lalu gugusan perbukitan hijau indah dengan langit cerah sebagai atap.

Berhubung gak ada tempat berteduh akhirnya kami memutuskan untuk turun, soalnya panas guys. Perjalanan pulang lebih cepat, ya tinggal turun doang. Tapi tetep bikin kaki pegel sihh nahan tubuh biar gak jatuh. Well cukup sekali olahraga hari ini.

Tiba dibawah kami kembali membayar tiket masuk 10rb untuk dua orang. Tujuan kami selanjutnya adalah...

3. CURUG PANYATAN


Biasanya untuk menuju sebuah curug kita perlu trekking lama dan jauh, tapi untuk bisa tiba di curug Panyatan ini kita cukup berjalan kaki sekitar 5 menit saja. Jalurnya pun sudah kayak jalanan di desa. Karena memang curug ini berada tidak jauh dari pemukiman warga.

Dari kejauhan sudah terdengar deruh air terjun, wahh yang awalnya masih capek abis trekking langsung semakin deh. Begitu tiba, woww capek seketika hilang (lebay mode on). Hahaha. Enggak sihh beneran sesuka itu dengan ambiance curug Panyatan. Makanya mau balik lagi ke sini.. Hehehe.


Berhubung masih musim hujan, debit airnya cukup deras. Walaupun begitu airnya tetap jernih. Melepaskan penat kamipun mulai beraksi dengan hape. Hahaha.

Tak lama ada 3 anak yang datang dan mereka langsung mandi. Wahh pengen rasanya mandi tapi gak bawa baju ganti. Jadi kami berdua hanya sekedar mencelupkan kaki saja.

Tidak terasa waktu sudah mulai sore dan langit terlihat mendung. Kami yang sudah kembali segarpun kembali ke tempat parkir dan pulang.

Rasanya senang kembali bisa kembali ke 3 tempat ini. Museum Jenderal Sudirman, yang bagi saya adalah salah satu pahlawan besar dan inspiratif yang namanya banyak diabadikan menjadi nama jalan dan patungnya pun berdiri megah di kawasan elit Jakarta.

Puncak Sibarat, salah satu perwakilan yang menunjukkan bahwa Purbalingga adalah kota yang dikelilingi dengan banyak bukit indahnya. Lalu curug Panyatan, curug yang menjadi salah satu perwakilan dari banyaknya curug indah di Purbalingga.

Ada rasa bangga ketika menyebut bahwa kini tempat ini adalah Kabupaten yang tertera di KTP saya selama 1 tahun ini. Ya semoga Purbalingga tetap menjaga keasrian alamnya.

Salam Lestari,
MRS



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai Guys,
What's Up!



Kali ini aku mau cerita tentang salah satu ikon wisata di Purbalingga. Namanya Goa Lawa, dibawah manajemen baru lebih dikenal sebagai GOLAGA singkatan dari Goa Lawa Purbalingga. Bisa dibilang tempat ini jadi salah satu tempat wisata favorit warga Purbalingga, selain mudah diakses di tempat ini juga sering diadakan acara-acara hiburan lainnaya. Akhir tahun 2019 kemarin digelar Goa Lawa Jazz yang dimeriahkan artis ibu kota.

Goa lawa sendiri hampir tiap tahun aku datangi, cuma absen 2 tahun belakangan ini karena eksplor wisata lainnya. Hehehee. Nah berhubung sudah bosan di rumah dan kebetulan banget, Mawar, kembaran tersayang lagi pulang maka kami berencana mingguan ke Goa lawa, bareng Kak Ani dan Devi.

Minggu, selesai ibadah pagi saya harus menantikan Devi yang sedang mengajar Sekolah Minggu. Akhirnya sekitar pukul 10 pagi kami berangkat dengan 2 motor. Sebenarnya ada sedikit masalah yang kami takuti, yaitu Mawar dan Devi kurang ahli mengendarai motor bebek maupun matic sedangkan jalan yang akan kami lalui akan terus menanjak. Akhirnya karena enggak ada pilihan, kami nekat-nekatin aja.

Awalnya semua berjalan dengan lancar eh pas udah mulai masuk jalanan nanjak, Devi yang grogi mengendarai motor berakibatkan motor macet pas di tengah tanjakan. Syukurnya mereka sigap jadi enggak jatuh. Ditolong pengendara lain yang kasihan melihat mereka akhirnya motor bisa dibawa ke tempat yang lebih aman. Hufftt....



Kelar diskusi lagi, akhirnya kami memutuskan aku yang bawa motor bebek dan mereka bawa motor matic, walaupun agak sedikit ngeri syukurnya Mawar bisa mengendarai dengan lebih baik, lebih ke nekad sih sebenernya.

Singkat cerita, Saya dan Kak Ani lebih dulu sampai dengan motor butut kami, padahal Mawar dan Devi duluan berangkat. Lalu kemana mereka? Tidak lain tidak bukan adalah nyasar. Gubrak! Padahal jelas-jelas ada plang arah bertuliskan "Goa Lawa" tapi saking fokusnya bawa motor mereka enggak lihat plang itu. Hahahaha. Setelah menunggu di pintu masuk, kamipun menertawai kebodohan mereka. Tapi ya sudahlah yang penting bisa tiba dengan selamat.

Di pintu masuk ada loket pembayaran yang bertuliskan harga tiket. Untuk hari biasa dikenai tiket seharga 20 ribu dan 25 ribu untuk weekend. Memasuki kawasan goa lawa, kami disambut barisan bunga Kumis Macan yang sedang berbunga cantik sekali.

Berjalan lebih jauh maka kita akan mendengar alunan musik tradisional yang dimainkan oleh pemusik yang berada di tengah lingkaran dengan kursi-kursi ala podium di sekelilingnyanya. Wow ini baru sih. Jadi sebelumnya belum ada spot ini, sekarang sudah ada semacam auditorium di tengah-tengah alam terbuka gitu. Keren sih ini. Baksuu!!

Melangkah lebih jauh memasuki spot favorit saya, yups taman yang dipenuhi pohon Pinus dengan rumput hijau sebagai alasnya. Enggak pernah bosan akan spot ini, syukurnya masih dijaga kealamiannya. Entah kenapa setiap ada di spot ini, berasa langsung segar dengan sendirinya.



Akhirnya tibalah kami di pintu masuk goa lawa, lagi-lagi bentuknya udah berubah, keren sih ini. Menyempatkan diri untuk berfoto di pintu masuk pertama. Memasuki mulut goa, nuansa mistis dan gelap udah enggak ada lagi. Jadi terakhir ke sini itu masih gelap gulita, cuma ada beberapa lampu penerang jalan aja, tapi sekarang udah bener-bener beda. Udah ada lampu warna warni semacam goa Gong di Pacitan. Cuma ini versi lebih kecilnya.

Aku pribadi ada seneng dan enggaknya, seneng karena jadi lebih banyak orang yang berani ke dalam. Sedih karena dalam goa udah gak ada serem-seremnya sama sekali. Tapi buat Devi yang rada takut ama gelap, dia jadi lebih menikmati perjalanan menyusuri goa Lawa.

Oiya, di dalam goa Lawa juga sudah ada jasa fotographer, jadi yang mau foto tapi bingung karena ada temennya, bisa pake jasa ini. Menyusuri goa lebih jauh maka kita akan keluar pintu goa lagi dan menuruni tangga. Nah di ujung tangga inilah terdapat kafe yang menyajikan Mendoan dan Nanas goreng, yang adalah hasil utama dari perkebunan di sini.



Sembari menikmati hangatnya mendoan, kitapun disuguhi live music yang penyanyinya adalah pengunjung kafe langsung. Gak mau menyia-nyiakan bakat yang ada, Aku dan Devi menyumbangkan satu lagu. Buahahaha. Ini antara uji nyali dan over pede beda tipis sih. Sialnya, ketika yang lain nyanyi pada bagus gak ada masalah, pas aku nyanyi di tengah-tengah lagu ehh ada gangguan ama sounds sistem yang mendadak mati. Entahlah mungkin 'penunggu' goa lawa enggan mendengar suaraku yang indah ini.



Selesai menghabiskan makanan dan membayar kami melanjutkan perjalanan memasuki goa lawa lebih jauh. Jadi ada beberapa spot ruangan gitu di dalam goa ini, bahkan ada semacam ruang balai pertemuan ala-ala jaman dulu. Jadi berada di dal  goa lawa layaknya  ada di dalam ruangan pada umumnya. Keren sih ini.

Selain itu ada beberapa spot menarik lainnya, jadi goa lawa ini termasuk goa basah. Masih ada tetesan air dari atas, nah terus ada semacam danau dibawahnya, dulu sihh kaki pengunjung sampe bisa basah pas lewatin spot ini, tapi sekarang udah dibangun jembatan kecil dengan lampu penerang di sisi kanan kiri. Semacam rumah penyihir ala-ala gitu. Terus di bagian dalam air diberi lampu warna warni yang memberi kesan air bisa berubah menjadi warna biru, hijau sampai merah. Keren pokoknya.

Selain itu masuk banyak spot lain yang bikin goa ini serasa gak di Goa sih. Ya ada poin plus minusnya, cuma hal ini justru makin mengundang banyak pengunjung dari berbagai kota yang penasaran.



Selesai memutar semua daerah dalam goa kamipun keluar dan melihat sinar matahari kembali. Agak lebay sih ini. Hahaha... Tapi bener deh seasik itu ada di dalam goa. Istirahat sejenak kami duduk santai di tempat duduk yang memang khusus dibuat untuk bersantai di alam terbuka. Kursi-kursinya terbuat dari batang pohon yang masih dijaga bentuk aslinya yang semakin menambah  kesan natural akan tempat ini. Lagi asik-asik ngobrol eh enggak lama hujan turun. Yups, kalau ke goa lawa gak komplit kalau gak hujan, pasti aja hujan atau berkabut. Tapi justru ini yang semakin menambah kesyahduan tempat ini.

Di tengah nuansa dingin begitu ada banyak hal yang bisa dilakukan pengunjung, ada yang ngobrol, pacaran, makan bahkan kami yang bermain tiktok.

Happy Reading Segerakan Traveling,

MRS
Share
Tweet
Pin
Share
41 komentar
Newer Posts
Older Posts

Kubbu

Kubbu Network

http://kubbu.net/

https://kubbu.net/wp-content/uploads/2019/06/logo-kubbu-komunitas-blogger-dan-buku-300x225.jpg

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Agustus 2021 (1)
  • Juni 2021 (1)
  • Maret 2021 (1)
  • Januari 2021 (1)
  • Oktober 2020 (30)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (3)
  • Desember 2019 (1)
  • November 2019 (4)
  • Oktober 2019 (3)
  • September 2019 (4)
  • Agustus 2019 (3)
  • Juli 2019 (4)
  • Juni 2019 (5)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (4)
  • Maret 2019 (5)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (4)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (2)
  • September 2018 (2)
  • Agustus 2018 (3)
  • Juli 2018 (4)
  • Juni 2018 (3)
  • Mei 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Maret 2018 (8)
  • Februari 2018 (2)
  • Januari 2018 (4)
  • Desember 2017 (11)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (4)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (8)
  • Juli 2017 (4)
  • Juni 2017 (2)

Created with by ThemeXpose