• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku

Hello Guys,

What's Up!


Kali ini aku mau cerita tentang birthday trip aku. Padahal ulang tahunnya bulan April tapi di postnya bulan Agustus. Enggak apa-apa lah ya, anggap saja sama dengan ulang tahun negara Indonesia. Lagipula masih sama-sama bulan yang diawali dengan huruf A ini. Apasih tambah gak jelas. Sekian intronya.

Jadi trip ini memang berlangsung di bulan April. Memanfaatkan tiket murah dari Air Asia aku dan kembaran, Mawar, bukan nama korban, memutuskan untuk ngetrip ke Sumatra Utara, tanah kelahiran orangtua kami. 

Awalnya kami cuma mau eksplor sekitaran danau Toba. Tapi dua minggu sebelum keberangkatan kami dapat info ada temen yang mau eksplor Tangkahan, jadi dengan impulsifnya kami bilang untuk join ya kapan lagi kan bisa lihat gajah di hari ulang tahun. Kita berdua mikirnya wah seru ini jarang-jarang merayakan ulang tahun bareng gajah. 

Singkat cerita, setelah kami eksplor beberapa hari di sekitar danau Toba akhirnya kami kembali ke kota Medan sehari sebelum keberangkatan kami ke Tangkahan.

Hari H tib keberangkatan  kami cukup molor dari waktu yang disepakati. Setelah semua berkumpul kami pun berangkat menaiki jet bus yang bermuatan bisa sampai 14-16 orang tapi hanya diisi 7 penumpang dan 1 orang supir. Perjalanan dari kota medan menuju Tangkahan memakan waktu sekitar 4-5 jam. Sepanjang perjalanan didominasi perkebunan sawit. Kamipun tiba sekitar jam 3 sore.

Setelah check in kamar masing-masing kami berkumpul di aula untuk makan siang (yang terlambat). Mungkin karena masih dalam suasana pandemi, hanya ada rombongan kami dan 3 orang bule yang juga sedang menginap. Aku lupa nama penginapan yang kami tinggali. Selain penginapan yang kami inapi ada juga penginapan-penginapan lainnya yang memang dibangun khusus untuk para pengunjung yang mau menginap untuk menimati suasana asri di Tangkahan.

Jadwal selanjutnya setelah makan adalah trekking menuju sebuah air terjun. Sebelum berangkat kami menuju kamar terlebih dahulu untuk mengambil berganti pakaian, baru mau sampai kamar kami mendengar suara kerincingan dari kejauhan, cuek aku pikir suara sapi lewat. Ternyata ada gajah yang mau menyebrang sungai untuk kembali ke penangkarannya. 

Tanpa komando kami semua langsung  berlarian menuju sungai yang airnya sedang surut. Lalu agak jauh terlihat dua gajah kecil ditunggangi para mahout (pawang gajah) menuju ke arah kami. Wahh excited banget!

Setelah ijin dengan mahout, kamipun untuk berfoto-foto dengan gajah. Langsung kami bergiliran mengabadikan moment langka ini. Apalagi gajah enggak bisa lama-lama disuruh diam saja untuk pose, jadi kami semua harus bergerak cepat sebelum para gajah bete. Hehehe

Perlu diingat untuk foto bersama gajah kita tetap harus didampingi mahout, jadi mahout harus tetap duduk di atas gajah untuk mencegah apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aku pribadi cukup deg-deg an saat mau foto dengan sang gajah. Apalagi pas gajah gerak-gerakin kupingnya, ternyata cukup sakit sabetannya. Hahaha. Tapi aku justru happy, karena itu aku anggap cara gajah menyapaku. Hehehe.

Setelah itu dua gajah itu pun menyebrangi sungai menuju penangkaran, tempat tinggal mereka. Lalu ketika kami akan pergi, eh tiba-tiba ada satu gajah besar datang lagi. Kali ini gajahnya jauh lebih besar dari dua gajah sebelumnya. Ah speechless. Biasanya cuma lihat di TV, sekarang dilihat secara langsung kagum sendiri.

Lagi-lagi kami minta ijin untuk berfoto. Ingat gak boleh lama-lama. Gajah kali ini namanya Teo, umurnya 32 tahun. Pas tahu umurnya 32 tahun aku dan kembaran heboh sendiri. Secara angka 32 itu tepat seperti umur kami. Wah entah kebetulan atau memang hanya kebetulan bisa pas sekali dengan angka pertambahan usia kami. Tepat deh disebut birthday trip!

Waktu semakin senja, selesai foto-foto kami kembali ke jadwal yang seharusnya yaitu trekking. Untungnya guide kami pengertian jadi dia memaklumi saja kami yang udik foto-foto bareng gajah. Hehehe.

Sekilas info, aku tuh lahir di Lampung tapi belum pernah sama sekali ke Way Kambas. Seumur-umur lihat gajah di Lampung itu cuma sekali itupun gajahnya lagi naik mobil gitu aja. Setelah melihat gajah di Tangkahan jadinya pengen lihat   gajah di Way Kambas. Haduh dulu bertahun-tahun tinggal di Lampung kemana aja sih! Tapi gapapa  target aja nanti ke Way Kambas sekalian prewed. Amin.

Demikianlah sekilas keseruan akan birthday trip kami. Sebenarnya ini bukan sebuah tradisi. Aku jadi terinspirasi punya wishlist untuk merayakan ultah di tempat baru setelah umur 28 di mana aku merayakan ultah dengan solo backpacker ke Nusa Penida, sejak itu rasanya seru aja punya sesuatu yang berbeda tiap merayakan ulang tahun. Enggak harus mahal yang penting sesuatu yang mungkin belum pernah aku lakukan.

Jadi apa wishlist kamu di Hari Ulang Tahunmu?

Happy Reading Segerakan Traveling (kalau sudah kondusif)


-MRS-







Share
Tweet
Pin
Share
40 komentar

Hai Guys,

Apa Kabar?

Kali ini aku mau cerita trip yang dadakan yang baru aku jalani. Oiya, harusnya nyambung cerita tentang Raja Ampat  tapi berhubung malas karena foto-foto sudah disimpan ke hard disk semua, jadi kali ini cerita dengan foto yang tersedia di handphone aja ya.

Trip yang diadakan tanggal 20 Mei ini memang dadakan karena aku baru mau bikin keputusan ikut tanggal 19 siang dan besoknya harusnya naik kereta pagi menuju Surabaya. Iya, jadi tujuannya adalah salah satu tempat paling hits di ujung Jawa Timur  apalagi kalau bukan kawah Ijen. 


Kenapa meeting pointnya dari Surabaya? Karena dua teman datang dari jakarta  dan teman lokal dari Lamongan. Jadi Surabaya pas jadi titik temu baik naik pesawat, kereta maupun mobil.

Saya dan kembaran, sebut saja Mawar, naik kereta dari stasiun Purwokerto ke stasiun gubeng menempuh perjalanan kurang lebih 7 jam yang dimulai jam 9 sampai jam 4 sore. Wow lama sekali ya, bagaimana tidak kami melewati kota-kota yang ada di 3 provinsi, yaitu Jawa Tengah, Yogyakarta dan berakhir di Jawa Timur.

Singkat cerita kamipun bersatu dan mulai perjalanan menuju kawah Ijen yang ada di Banyuwangi (atau Situbondo hayo). Dalam perjalanan kami sempat mampir untuk membeli kebutuhan pribadi dan makan malam.

Tidak terasa sekitar jam 12 malam kami tiba di paltuding, yaitu pintu masuk mendaki Ijen.  Ternyata sudah banyak perubahan terjadi ya. Jadi dulu kali pertama dan kedua saya ke Ijen itu tahun 2017, masih belum banyak pedagang di kawasan parkir, sekarang sudah lebih rame. Fasilitas toilet juga lebih banyak.

Biasanya jam 1 dini hari loket tiket sudah dibuka, tapi entah karena korona atau memang aturan baru, sekarang pendakian baru dimulai pukul 3 dini hari. Sebenarnya saya santai saja toh sudah pernah melihat blue fire ini, jadi memang niatnya tidak akan turun ke kawah. Cuma cukup kasihan sama 3 teman yang lain yang belum pernah lihat blue fire. Oiya kembaran saya juga kali kedua ke Ijen, tapi pada pendakian pertama juga tidak turun ke kawah, jadi belum melihat blue fire. Namun berdasarkan pengalaman saya, rasanya kalau mulai pendakian jam 3 pagi, maka blue fire tidak akan bisa dilihat lagi. Karena memang bisa dilihat dalsm keadaan yang masih gelap.

Setelah menunggu 3 jam sambil menghangatkan diri di depan api unggun, akhirnya kami diijinkan masuk. Oiya, tiket sudah kami beli sebelumnya secara online seharga lima ribu rupiah per orang. 

Pendakian pun dimulai. Bagi yang sudah pernah mendaki Ijen pasti paham kalau jalur trekkingnya bukan jalur yang mudah bagi pemula karena jalur pendakian makin jalan makin nanjak. Meski hanya berjarak 3 Km, tapi kalau naik terus capek juga. 

Bersyukur saya sudah rutin olahraga cardio, jadi napas saya masih lebih stabil, berbeda dengan kembaran dan satu teman wanita saya, Sofie yang sangat lelah bahkan sampai muntah karena rutenya yang terus menanjak. Puji Tuhan  akhirnya kami bisa tiba di puncak Ijen dalam durasi 3 jam.

Ketika sampai di atas, matahari sudah menerangi puncak Ijen. Ternyata di pinggiran Ijen sudah dibangun pagar untuk mencegah pengunjung jatuh ke bawah. Selain itu ada juga kamar mandi, meski tidak ada bahkan berbau. Entahlah hal ini terjadi karena masa pandemi atau memang sulit membawa air ke atas. Lagipula dari awal saya pribadi kurang setuju sih waktu tahu ada wacana pembangunan fasilitas di puncak Ijen.


Melihat dari bentuk dan struktur kawah Ijen saat ini, sepertinya pengunjung sudah tidak diperbolehkan lagi ke bagian bawah kawah. Hal ini terlihat dari struktur kawah Ijen yang sudah mulai terkikis makin dalam. Hem, mungkin ini penyebab jam masuk sekarang jadi jam 3 dini hari. Karena kegiatan menyaksikan blue fire sudah tidak bisa dilakukan lagi. Sebagai orang yang pernah menyaksikan blue fire secara dekat saya amat bersyukur pernah punya pengalaman itu, di sisi lain  kasihan sama teman-teman yang belum pernah lihat padahal sudah capek-capek mendaki.

Untungnya semua itu terbayarkan dengan view indah dikawasan hutan dan kayu mati yang ada di tepian mulut kawah Ijen. Nah kenapa saya sampai mau ketiga kalinya ke Ijen karena pada kunjungan pertama dan kedua saya tidak sempat ke sini karena sudah terlalu lelah.

Untuk menuju spot ini kita masih harus berjalan jauh mengitari tepian kawah Ijen, jalurnya juga masih sedikit menanjak. Selain itu harus selalu jaga keamanan untuk mencegah kecelakaan yang tidak diinginkan.

Seperti biasa kawah Ijen selalu ramai pengunjung. Meski kali ini tidak seramai biasanya, cuma tetap harus antre jika mau foto di spot-spot populer. 

Demikianlah perjalanan kami, dengan tubuh yang lelah kami mengabadikan perjuangan kami. Muka kucel, mata mengantuk tidak menyurutkan niat kami foto-foto. Hahaha.

Puas foto-foto dan istirahat kamipun turun sekitar pukul 9 pagi. Kalian mungkin berpikir perjuangan sudah selesai, tentu saja tidak karena perjuangan turun lebih berat daripada naik!


Happy Reading Segerakan Traveling!

MRS

Share
Tweet
Pin
Share
58 komentar

Hai Guys,

Apa Kabar?

Kali ini aku mau cerita tentang perjalanan aku kembali naik pesawat setelah sekian lama hibernasi di rumah. Ya pernah jalan-jalan juga, tapi ini trip paling jauh pertama selama masa pandemi. Trip ini sebenarnya rencana tahun 2018 tapi batal karena sesuatu. Jadi senang sekali akhirnya bisa terwujud di tahun 2021. Yups, salah satu wishlist travel terbesar yaitu Raja Ampat.

Setelah tahu ada postingan dari Backpacker Jakarta tentang trip ke Raja Ampat, enggak lama langsung hubungin cepe dan booking slot.  Untuk tiket pesawat harusnya bisa dapat harga yang murah banget 125K pulang pergi pake Air Asia Pass, eh malah tiket pulangnya di-reschedule jadi kudu beli harga normal deh. But it's okay, at least masih dapat harga murah pas berangkatnya.

Singkat cerita, aku harus berangkat naik bis dari terminal Bobotsari menuju stasiun Purwokerto menempuh perjalanan selama 5 jam. Sampai stasiun gambir lanjut naik bis damri menuju bandara Soetta. Lalu harus menunggu lagi sampai tengah malam untuk berangkat menuju Sorong. Woww perjalanan yang sangat panjang bukan. Tenang perjalanan ini belum usai. Hahaha

Pagi hari tiba di bandara Sorong pukul 07.00 WIT. Lalu menunggu jadwal kapal rute Sorong-Waisai yang akan berangkat pukul 14.00 WIT, setelah ngaret setengah jam akhirnya kapalpun berangkat. Setelah perjalanan sekitar 2,5 jam akhirnya kami tiba di pelabuhan Waisai. Dari sini rombongan kembali naik kapal kecil menuju Prajas Homestay, tempat kami menginap selama kurang lebih 3 jam perjalanan. Woww mungkin ini yang dinamakan tua di jalan ya. Hahaha

Tapi tenang sesampainya di Prajas Homestay sudah disediakan makanan  enak untuk makan malam. Apalagi kalau bukan ikan. Selain itu ada juga Papeda makanan wajib yang harus kalian coba kalau berkunjung ke daerah timur. Selesai makan dan sesi perkenalan maka kami menuju kamar masing-masing. Ya istirahat yang cukup untuk menghadapi perjalanan esok yang berat. Berat kenapa? Karena destinasi pertama yang akan dikunjungi adalah puncak wayag 1 dan wayag 2 dimana untuk mencapainya kita kudu trekking. 


Pagi pun tiba. Selesai sarapan rombongan pun bersiap untuk menuju wayag. Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam (kalau gak salah ya...hahaha) kami tiba di pulau yang terkenal dengan sebutan shark point. Di pulau ini kita harus terlebih dahulu ijin untuk bisa masuk dengan aman menjelajah wayag 1 dan wayag 2. 

Nah di sini lah drama dimulai. Jadi kalau mengikuti peraturan sekarang, harusnya tidak perlu pin Raja Ampat lagi, tapi pengawas di sini mewajibkan kami menunjukkan pin Raja Ampat yang mustahil untuk dikabulkan. Lah wong kantor pembuatan pin-nya aja udah gak melayani lagi. Setelah drama yang memakan durasi sekitar 1,5 jam akhirnya kami diijinkan masuk dengan membayar "uang pelicin". Ya mau gimana lagi daripada maksa masuk malah terjadi hal yang tidak diinginkan. Pendapat aku pribadi, harusnya masalah ini diselesaikan secepat mungkin, entah sosialisasinya atau apalah. Untuk  wisata sekelas dunia ini sangat mengganggu sih.

Dari shark point kamu lanjut menuju lokasi wayag 1 berada, berjarak sekitar 15 menit. Tiba di wayag 1 kami disambut pasir putih lembut yang pasti seru banget untuk dinikmati. Tapi karena sudah kehilangan waktu karena masalah ijin kami bergegas trekking untuk mencapai puncak wayag 1. Awal perjalanan sih masih ketemu tanah, ehh makin naik berasa keg panjat tebing. Jadi jangan lupa sediain sarung tangan ya untuk melindungi tangan dan memudahkan pergerakan ketika memegang bebatuan atau tali untuk mengapai puncak. Seru sih cuma capek. Hahaha. Padahal aku 2 minggu sebelum pergi coba rutin olahraga tapi tetap aja berasa engap. Tapi tenang semua capek itu terbayarkan oleh view yang bisa terpampang pas sudah sampai puncak.

Hamparan laut biru dan hijau tosca ditemani pulau dari kejauhan menjadi view yang segera diabadikan dengan mata dan lensa kamera. Ada beberapa spot untuk foto-foto. Jadi rombongan enggak berkerumun di satu tempat. Catatan penting harus ekstra hati-hati ya ketika moving dari satu tempat ke tempat lain karena tempatnya cukup curam dan bersebelahan langsung dengan jurang khas tebing tebing di lautan.

Waktu berasa cepat, kami sudah harus turun untuk pindah ke lokasi selanjutnya. Ketika turun perjalanan terasa lebih berat. Asli nahan pake lutut itu menyiksa sekali. Berasa sudah renta. Hahaha. Sesampainya dibawah kami foto-foto sebentar dan naik kapal menuju wayag 2.

Tiba di wayag 2, kapal bersandar dipinggiran tebing. Yups, untuk wayag 2 tidak ada pantai putih yang menyambut. Kami langsung dihadapkan jalur trek yang memaksa kami naik ke atas kapal dan melompat untuk bisa mulai treking. Tenang aman kog yang penting percaya saja sama yang di atas.

Well, lagi-lagi perjalanan dimulai. Daki daki daki. Untuk jalurnya, aku pribadi merasa ini lebih berat. Jadi sudut elevasinya itu makin rata, eh apa sih istilahnya jadi beneran keg panjat tebing, cuma ini panjat tebing alami. Beneran lurus-lurus aja tuh tebingnya keg manjat tembok tapi dalam rupa bebatuan. Asli ngeri woii.

Untuk jarak lebih dekat ketimbang wayag 1, tapi karena rutenya lebih sulit jadi lebih berasa capek. Apalagi energi udah terkuras di wayag 1 kan. Beneran deh energinya udah gak ada. Jadi begitu sampai puncak mood aku untuk foto-foto udah gak ada. Capek banget asli! Jadi aku istirahat dulu, cari pepohonan teduh eh enggak ada dong. Kalau di wayag 1 masih ada pohon kalau di wayag 2 udah bablas.

Ketika energi sudah ada lagi akhirnya aku mulai hunting foto, tapi ya gak sesemangat pas di wayag 1, padahal view wayag 2 lebih oke loh. Tapi ya gimana kalau sudah capek jadi males gerak. Tumben loh aku begini. Mungkin karena udah lama gak jalan-jalan kali ya. Hahaha. Setelah mengabadikan foto dan video yang cukup untuk dipamerkan aku dan rombonganpun kembali kebawah. Lagi lagi lutut berasa mau copot. Ya Tuhan aku serenta itu ternyata. Lol

Selanjutnya kami kembali ke shark point, di sini kami makan siang lalu bermain bersama hiu-hiu jinak yang berenang dipinggiran pantai. Serius ini pengalaman ajaib sih, bisa bisanya berenang ama hiu. Aku juga enggak tahu kenapa hiu di sini bisa pada kumpul di pinggir laut. Apalagi ketika dilempar ikan segar, pada ngumpul deh itu hiu.

Enggak terasa waktu sudah sore, kamu harus segara bergegas untuk kembali. Ternyata sampai di Prajas Homestay rombongan masih pada pengen berenang lagi. Jadi deh berenang di bawah dermaga. Tapi sayang ikannya sedikit. 

Untuk mempersiapkan fisik esok hari kami sudah disiapkan makanan spesial yaitu lobster! Wihh sungguh liburan ini terasa mewah sekali padahal ala backpacker. 

Nah katanya esok hari baru kita akan mengunjungi spot snorkling setelah mendaki. Duh jadi enggak sabar lihat ikan-ikan warna warninya.

 See you,

MRS

Share
Tweet
Pin
Share
46 komentar

 Hai Guys,

Apa Kabar?


Setelah sekian lama enggak pernah buka blog. Memberanikan diri untuk ikutan arisan blog bersama KUBBU biar ada semangat menulis. Meski nulis seadanya banget.

Kali ini aku mau cerita tentang liburan akhir tahun 2020. Liburan yang dirancangkan mumpung keponakan tersayang, Leo, lagi di rumah. Memikirkan waktu yang tepat, maka kami memutuskan awal Desember untuk bepergian, karena memprediksi bakalan rame banget dan mahal kalau akhir tahun.

Jadilah kami berempat berangkat, Aku, Kembaran, Mamake dan Leo. Kami berangkat tepat sesudah memberikan suara pada hari pemilihan kepala daerah. Perjalanan dari Purbalingga ke Jogja wajarnya memakan waktu sekitar 3-4 jam. Estimasi aku sebagai driver baru ya butuh 6 jam. Puji Tuhan aku berhasil sampai dalam waktu 5,5 jam. Not bad lah. 

Sesampainya di Jogja kami makan siang BPK ( Babi Panggang Karo) karena emak udah ngidam dari lama. Setelah itu kami lanjut makan gelato dan menuju hotel tempat kami menginap. 

Keesokan paginya setelah berenang, sarapan dan beres-beres kamipun menuju Candi Prambanan. Sesampainya di candi Prambanan seperti biasa ada protokol kesehatan yang harus dilalui. Di pintu masuk tertampang tulisan wajib memakai masker. Lalu kami cuci tangan dan di cek suhu tubuhnya oleh petugas.

Lalu untuk ticketing hanya satu orang yang diijinkan masuk. Jadi sembari menunggu kembaran membeli tiket kami menunggu sambil melihat sekeliling. Sepi, itu kondisi yang terlihat. Sesudah mendapat tiket kamipun masuk. Oiya, setahu aku tahun 2019 tiket masuk candi Prambanan itu 40K nah waktu itu jadi 50K. Mungkin karena ada biaya tambahan untuk protokol kesehatan.

Begitu masuk keponakan sudah enggak sabar mau lihat candinya. Padahal dari pintu masuk kan masih jauh. Begitu mendekat dan aku tanya bagaimana pendapatnya tentang candi, sejenak bengong keponakanku menjawab "keren ya tan..."

Lalu untuk foto kenang-kenangan kami pun berfoto di depan tulisan " PRAMBANAN". Selain pakai hape kami juga menggunakan jasa fotografer yang ada di dalam. Harga satu foto yang dicetak 20K. Ya hitung-hitung membantu mereka. Bukan hanya satu kami memakai 2 jasa, satu di bagian luar candi, satu di bagian dalam candi.

Selesai sesi foto-foto kamipun mengelilingi candi. Benar-benar sepi! Biasanya aku tiap ke Prambanan pasti susah cari spot sepi, eh sekarang malah berasa kosong banget. 

Selain itu cukup agak sedih karena kami tidak diijinkan masuk ke dalam candi, karena memang seperti ruangan tertutup jadi untuk sementara ditutup. Padahal aku udah mau sok-sok an ala guide untuk mamake dan Leo.

Oiya kalau ke candi Prambanan selalu jaga peraturan yang ada ya. Seperti di larang duduk atau dilarang merokok. Meski cukup sepi masih ada beberapa pengunjung yang melakukan pelanggaran seperti merokok atau duduk di tepi candi. Untung pak petugasnya pada gercep langsung niup pluit dan memakai toa untuk mengingatkan pengunjung yang masih bandel.



Selesai muter-muter hari semakin gelap, kami pun kembali dan di pintu keluar kami sempat membeli baju kompakan. Saking lamanya milih-milih malah sampai kehujanan. Tapi seru sih liburan bareng mamake dan leo, semoga nanti bisa bawa mereka jalan-jalan ke candi Prambanan lagi, karena mamake masih penasaran sama isi dalam candi.


Stay Safe,

MRS


Share
Tweet
Pin
Share
53 komentar

Hai Guys

What's Up?

Wowww tidak terasa hari ini adalah hari terakhir tantangan 30 Hari Menulis bersama KUBBU. Rasanya ah mantap!

Di hari terakhir temanya bercerita tentang apa yang kamu rasakan selama menulis cerita selama 30 Hari.

Dari awal aku tahu program ini aku langsung berpikir " Ah seru nih, biar blog enggak sepi-sepi amat!" Selain itu aku juga bakal lebih rajin blogwalking buat menambah wawasan. Jadi aku mendaftar dengan percaya diri. Apalagi syaratnya mengatakan boleh menulis sebanyak 250 kata. Aku si cerewet merasa ini bukanlah hal yang berat.

Hari pertama, kedua, ketiga dan seterusnya berlalu. Makin lama makin terasa tantangannya. Harus menceritakan banyak hal sesuai tema yang diberikan tiap harinya. Kadang kalau lagi dapat tema yang aku sukai, aku bisa langsung bikin artikel. Tapi kalau sudah ketemu tema yang bikin mumet maka pending postingan adalah jalan ninjaku. Cuma ya itu jadi beban pikiran. Terus yang awalnya masih rajin blogwalking eh lama-lama malah ambyar. Tapi aku akan tetap berusaha membacanya bahkan setelah program ini berakhir. Semoga bisa.

Di sisi lain, tema yang membuatku berpikir berat, ternyata justru bisa memaksa otakku menggali lebih dalam cerita lama yang hampir terlupakan atau terlalu lama mengendap di alam bawah sadarku. Aku bersyukur melalui ini aku bisa menuliskan banyak kenangan yang hampir sirna.

Selain sebagai pengingat, tulisan ini menjadi alat healing bagiku. Karena jujur kadang tidak mudah untuk memanggil kembali ingatan yang ingin aku lupakan. Bahkan tanpa sadar aku menangis sambil mengetiknya.

Hal positif lainnya adalah aku jadi menyadari hal-hal penting yang justru aku abaikan. Ternyata aku punya banyak cerita yang ingin aku kenang. Oleh karena itu aku bersyukur melalui tantangan ini, aku akhirnya bisa merangkumnya dalam sebuah cerita.

Meski begitu akupun menyadari masih banyak kekuranganku dalam tata cara menulis. Cara menulisku masih belum berkembang. Apalagi kalau membaca tulisan teman-teman sepenanggungan, wah tulisanku bagaikan tulisan anak kemarin sore. Terlihat sekali lambannya diriku ditambah kemalasan yang hakiki. Cuma ya aku masih bersyukur paling tidak aku masih mampu menyelesaikan tantangan ini sampai garis akhir. Karena yang penting bukan bagaimana kamu memulainya, tapi bagaimana kamu mengakhirinya. Ngeles.

Aku berterimakasih kepada tim KUBBU yang berinisiatif membuat program ini, khususnya Kohmin Deny Oey yang senantiasa rajin mengingatan para peserta untuk mengirimkan link artikel. Semoga sehat selalu ya koh, biar bisa koreksi tugas kami semua. Hihihi.

Harapannya semoga program 30 Hari Menulis Cerita ini bisa menjadi program rutin dari KUBBU. Semoga lebih banyak lagi peserta yang terlibat. Jadi kohmin makin pusing memeriksanya. Hehehe.

Okay sampai sini dulu ya pertemuan kita. Ya pasti aku merasa sangat bahagia dan bersyukur bisa menjadi bagian dari tantangan ini. Sampai jumpa di tantangan 30 Hari Menulis Cerita bersama KUBBU pada Oktober 2021.


Adios,

-MRS-


Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar

Hai Guys,

What's Up!


Tema hari ke-21 tantangan 30 Hari Menulis Bersama KUBBU adalah tentang inspirasimu.  Waktu di kasih tema ini aku langsung bingung. Iya saking bingungnya jadi enggak tahu harus menulis apa.

Aku pun berpikir siapa inspirasiku, apakah para tokoh penting, tokoh sejarah,nfluencer atau siapa lagi? Kalau mau membahas tentang tokoh-tokoh tersebut aku memang sebagian tahu cuma aku ingat hanya ketika membacanya. Aku tidak punya kesan tersendiri.

Jadi aku mulai merenungi pertanyaan ini beberapa hari, iya ini beneran. Makanyan baru sekarang aku membahasnya, kesannya lebay ya. Tapi aku memang susah bercerita kalau hal itu enggak pernah aku alami sendiri. Jadi harap maklum kalau semua tulisan aku itu kebanyakan curhat.

Kembali ke topik utama. Maka apa dan siapa yang menjadi inspirasiku? Semua hal. Semua hal yang terjadi di sekelilingku. Kalau membicarakan orang, maka orang-orang di sekelilingku lah yang menginspirasiku. Baik itu keluarga, tetangga, atau orang-orang yang aku jumpai setiap harinya. Bahkan aku bisa belajar dari seorang pedagang es dawet, dimana bapak itu adalah orang yang sudah sangat tua. Aku berpikir apa yang dilakukan anak-anaknya? apakah bapak tersebut terpaksa berjualan karena tidak ada yang menyokongnya atau karena memang dia mau membuang rasa sepinya dengan memberi kebahagiaan kepada orang lain melalui dawetnya yang enak dan murah. Atau justru kedua. Dia mungkin terpaksa harus bekerja, tapi merasa senang karena memiliki pekerjaan.

Ada banyak orang yang aku temui yang membuatku kadang justru jadi berpikir dan sedikit demi sedikit mengubah mindsetku. Baik itu anak-anak yang sedang bertengkar lalu damai lagi, para pedagang yang aku temui di pasar dan para pekerja lainnya.

Untuk masalah hal yang memberi inspirasi, aku rasa saat ini aku banyak dipengaruhi oleh media sosial seperti instagram, youtube, tiktok maupun TV dan sudah pasti artikel-artikel yang aku baca.  Mengikuti seorang tokoh tertentu yang aku follow dan terus muncul di beranda medsosku juga memberi pengaruh terhadap pola pikirku. Ya aku percaya istilah kita adalah apa yang kita baca. Secara hampir tiap hari aku melihat akun sosmedku.

Demikianlah  hal yang memberiku inspirasi. Aku percaya semua orang dan hal di dunia ini pasti memiliki dampak atas setiap perbuatannya. Tugas kita memilih dan memilah mana yang mau kita tiru.


-MRS-

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

What' s Up!

How's Your Life?


Tema ke-29 tantangan Menulis Cerita Bersama KUBBU adalah tentang goals apa yang ingin dicapai dalam 5 tahun ke depan. Kalau hal ini ditanyakan setahun lalu mungkin aku akan bingung menjawabnya. Karena aku tipe orang yang tidak punya target apapun dalam hidup ini. Makanya sampai sekarang gitu-gitu aja hidupnya. Hahaha

Cuma karena semakin tua dan mulai menyadari bahwa memiliki impian atau target sasaran itu penting maka aku mulai memikirkannya. Ya meski masih dalam awang-awang dan belum terlalu spesifik paling tidak aku sudah punya gambaran target 5 tahun ke depan. Kelihatannya sih mustahil, tapi aku percaya, kalau yang namanya rejeki enggak kemana. Oke ini dia targetku 5 tahun ke depan:

1. PUNYA USAHA SENDIRI DAN SUKSES

Akibat terlalu sering ditipu masalah gaji ketika bekerja, aku memilih membuka usaha sendiri. Paling tidak aku berdikari. Aku yang mengatur diriku sendiri dan usahaku. Satu hal yang pasti aku ingin punya usaha menjual makanan. Seperti membuka cafe atau restoran dengan menu makanan yang lezat.


2. PUNYA MOBIL DAN RUMAH

karena naik motor mulai melelahkan untuk tubuh ini. Kalau rumau pengennya beli cash, tapi kalau belum bisa maka KPR juga boleh. Yang penting ada rumah dulu.

3. BISA BAWA EMAK JALAN-JALAN KELUAR NEGERI

Karena emak sudah semakin berumur. Mumpung masih kuat aku ingin sekali mengajaknya keluar negeri. Terutama holy land. Pergi ke kota-kota yang diceritakan di Alkitab.

4. JADI YOUTUBER BERGUNA

Saat ini aku sedang berusaha membangun channel Youtubeku. Targetku adalah 1 juta subsciber untuk 4 tahun ke depan. Sekarang masih jauh sih jumlahnya, tapi aku yakin dari ratusan juta penduduk Indonesia, rasanya sejuta itu kecil.

5. MENIKAH DENGAN PRIA PILIHAN TUHAN

Jujur sebenarnya target ini enggak masuk dalam impian 5 tahun ke depan. Aku mau fokus untuk membuka usaha. Namun di sisi lain, aku juga sedih mendengar emak yang tiap pagi berdoa memohon jodoh bagi anak-anaknya. Jadi ini juga menjadi target yang optional. Sekiranya memang ada lelaki yang mendekati dan karakternya sesuai dengan yang aku mau maka aku siap menikah.

Nah demikianlah target impianku 5 tahun kedepan. Aku berharap semuanya bisa terwujud. Amin.


With Love,

-MRS-

Share
Tweet
Pin
Share
5 komentar
Older Posts

Kubbu

Kubbu Network

http://kubbu.net/

https://kubbu.net/wp-content/uploads/2019/06/logo-kubbu-komunitas-blogger-dan-buku-300x225.jpg

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Agustus 2021 (1)
  • Juni 2021 (1)
  • Maret 2021 (1)
  • Januari 2021 (1)
  • Oktober 2020 (30)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (3)
  • Desember 2019 (1)
  • November 2019 (4)
  • Oktober 2019 (3)
  • September 2019 (4)
  • Agustus 2019 (3)
  • Juli 2019 (4)
  • Juni 2019 (5)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (4)
  • Maret 2019 (5)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (4)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (2)
  • September 2018 (2)
  • Agustus 2018 (3)
  • Juli 2018 (4)
  • Juni 2018 (3)
  • Mei 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Maret 2018 (8)
  • Februari 2018 (2)
  • Januari 2018 (4)
  • Desember 2017 (11)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (4)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (8)
  • Juli 2017 (4)
  • Juni 2017 (2)

Created with by ThemeXpose