Emosimu Kendalimu

by - 18.02

Selamat Pagi,

Apa Kabar?



Bagaimana pagi kalian?

Apa yang membuatmu bersemangat pagi ini?

Apa yang membuatmu enggan beranjak dari tidurmu?

Apa yang membuatmu bersyukur pagi ini?

Apa yang membuatmu kesal pagi ini?

Bagaimana perasaanmu sekarang?

Hari ke-19 tantangan 30 Hari Menulis Cerita bersama KUBBU. Bagaimana perasaanmu? Kalau aku berpikir "wah tak terasa sudah hampir dipenghujung waktu ya." Perasaan bahagia bercampur bangga menyelimutiku, meski agak kesal karena masih ada hutang satu artikel hari ke-17. Sudah ada tema sih, tapi mendadak mentok. Daripada kesal sendiri aku coba menulis tema hari ke-18 dan saat ini hari ke-19. 

Begitulah emosi yang aku rasakan, mungkin beberapa orang ada yang akan cuek, atau ada juga yang kayak aku kepikiran gini, tapi tetep belum tahu mau menulis apa. Itulah serunya emosi yang hanya bisa dirasakan manusia. Ya emosi sebagai salah satu media kita menunjukkan bagaimana perasaan yang kita rasakan dalam menghadapi sesuatu. Sebagai manusia, kita patut bersyukur karena Tuhan melengkapi kita dengan beragam emosi. Perasaan yang membantu kita mengekspresikan apa yang mau orang lain tahu dari kita.

Rasanya kalau membahas tentang emosi tidak akan ada habisnya. Emosi menjadi alat kita merespons sesuatu yang menimpa kita. Entah itu sedih, bahagia, marah, dan perasaan lainnya. Emosi menjadi inspirasi banyak lirik lagu, sentral sebuah cerita dan pusat perbincangan antar sesama manusia.

Ketika menulis ini, aku sambil mendengarkan musik. Biar apa? Sepertinya mendengarkan musik rasanya lebih tenang, kalau idenya mentok, aku coba menikmati lirik dan musiknya dulu. Sebuah distraksi yang sehat. 

Lalu tiba-tiba lagu Tulus yang berjudul " Tukar Jiwa mengalun memenuhi telingaku. Lagu ini sebenarnya lebih sering aku dengar di tiktok. Dipakai kebanyakan orang untuk menunjukkan betapa "berat" hidup yang dijalaninya namun selalu dicap "sangat beruntung" oleh orang lain. Kata kata yang mewakili adalah " Coba sehari saja, satu hari saja, kau jadi diriku" barusan aku dengerkan lirik fullnya sebenarnya bukan ini sih makna yang mau disampaikan. Meski tetap masih berbicara tentang seorang pria yang ingin dimengerti mengenai perasaannya. Dia berharap wanita yang dia sukai bertukar jiwa dengannya, untuk melihat perasaan si laki-laki dari sudut pandang si laki-laki. Duh kenapa jadi bahas beginian, eh tapi ini kan termasuk emosi ya. Bahkan emosi yang paling sering dibicarakan. Baiklah.

Lirik lagu ini sangat menarik. Terlebih mirip dengan metode yang aku selalu coba terapkan dalam menghadapi segala sesuatu yang berhubungan dengan emosi manusia. Misalnya, ketika aku bertengkar dengan kembaranku, aku coba memposisikan diriku sebagai diriku sendiri dan sebagai dirinya. Meski ini bukanlah hal yang mudah. Terlebih ketika aku sudah dikuasai ego yang tinggi. Merasa paling benar. Lalu menuntut orang lain seharusnya memiliki perasaan dan pemikiran yang sama dengan aku. Padahal itu mustahil. Manusia itu kompleks. Kadang yang bagi kita merupakan hal sepele, ternyata merupakan hal penting bagi orang lain.

Masih sekarangpun aku masih belajar mengelola emosiku. Baik itu marah, sedih, kesal atau bahagia. Aku belajar bagaimana segala emosi yang aku rasakan bisa membawa energi yang membawa kebaikan dalam hidupku. Enggak mudah. Karena bagiku marah, kesal, sedih, menangis, marah atau diam itu memiliki peranan yang penting. Perasaan ini menjadi penyeimbang satu sama lain. Enggak ada yang lebih penting semua ada karena memang diperlukan. Baidewei, pemikiran ini dulu terinspirasi karena nonton inside out. Dimana pada endingnya ( kalau seinget aku ya) ternyata yang dibutuhkan si gadis adalah cara menangis. 

Setipe dengan cerita Inside out, ada juga drama Korea yang berjudul it's okay not to be okay yang sentral ceritanya berbicara mengenai psikologi manusia. Cuma yang aku mau tekankan di sini bagaimana pemeran utama lelaki yang tidak pernah menunjukkan ekspresi marah atau sedih di depan orang lain akhirnya berubah menjadi seseorang yang berani mengungkapkan emosi dirinya. Sementara si pemeran wanita yang awalnya selalu marah-marah dan eksploisif dalam menyelesaikan segala sesuatu akhirnya berubah menjadi pribadi yang lebih "tenang".

Tapi semuany perlu waktu dan kebesaran hati untuk mau berdamai dengan diri sendiri. Lalu dengan orang lain. Rasanya ketika kamu mau lebih mencintai dirimu sendiri, semuanya akan bisa lebih dikendalikan. Ingatlah emosimu, ada dikendalimu. 

-MRS-


You May Also Like

0 komentar