Sahabat Sejak Awal

by - 18.50

Selamat Pagi,

Para Sahabat.

Memasuki hari ke-tujuh 30 Hari Menulis Cerita bersama KUBBU, kali ini temanya adalah tentang "Sahabat". 

Lagi-lagi aku bingung mau menulis tentang apa. Hahaha. Karena jujur aku enggak punya sahabat. Aku bukan tipe orang yang menanyakan kabar. Yang mengingat hari ulang tahun teman atau yang rajin berkomunikasi dengan orang lain. Berkomunikasi sebatasnya saja. Kalau ada perlu atau memang rindu. Selebihnya cuek bebek. akupun menyadari hal ini setelah lihat kembaran aku yang tetap intense menjalin hubungan dengan teman-temannya. At least melalui telpon. Parah banget memang aku.

Jadi jujur aku bingung harus menulis apa tentang tema ini.

Berhubung enggak ada pilihan, ya sudah anggap saja kembaran aku, Mawar, adalah sahabatku. Hal ini mau tidak mau terjadi bahkan sebelum kami dilahirkan ke dunia. Bagaimana tidak, kami sudah harus bertemu, berbagi ruang, berbagi nutrisi dan menghabiskan waktu kami bersama selama sembilan bulan di dalam kandungan.

Begitu lahir kamipun tak terpisahkan. Mawar menangis akupun menangis, dia tertawa akupun tertawa, dia sakit enggak lama kemudian akupun sakit. Tanpa kami sadari kami mengikat jalinan yang sangat erat, seerat tali pusar.

Beranjak besar kami juga tidak terpisahkan. Bahkan baju harus serupa. Satu rumah saja tidak cukup, kami masih harus bertemu di sekolah, di gereja atau ketika bermain. Intinya selalu bersama.

Tapi pernah ada masa kami berpisah. Ya keadaan ekonomi yang tidak baik membuat kami harus terpisah. Syukurlah kami masih saling menyayangi.  Semakin dewasa, kembali terpisah mengambil jalan kami masing-masing dengan komunikasi seadanya.

Takdir mempertemukan kami kembali. Harusnya saling rindu. Tapi terlalu lama berpisah, membuat kami terasa asing. Hampir setahun menjadi masa pergumulan, selalu bertengkar untuk hal yang tidak perlu. Tapi karena itu hati kami kembali menyatu.

Saat ini, kadang rindu rasanya bertengkar. Tapi mau bagaimana rasa sayang jauh lebih besar. Kalau ditanya apa yang paling aku syukuri dengan kehadiranku di dunia ini adalah aku terlahir bersama kembaranku, Ber-ber, panggilan sayang dari aku yang dipanggil Pon-pon olehnya.

Entah, aku rasa ikatan kami jauh lebih daripada sekadar sahabat atau saudara. Sebut saja belahan jiwa.

Kami yang selalu tertawa bersama, ketika orang lain bahkan enggak paham akan apa yang kami tertawakan. Kami yang selalu membahas tentang hal yang penting sampai kehaluan kami. Kami yang kalau sudah bertengkar bisa sangat menakutkan. Kami yang saling mentertawakan satu sama lain. Kami yang selalu menguatkan satu sama lain. Kami yang selalu ada satu sama lain. Bahkan rasa rela berkorban nyawa satu sama lain.


Teruntuk kembaranku,

Cuma mau bilang

" Thanks for being my twin"


Kembaranmu,

-MRS-


You May Also Like

1 komentar