• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku
Hai Guys, 
What's Up! 



Tebing Breksi awalnya ada bekas tambang. Ditutup sejak tahun 2014 karena alasan lingkungan, siapa sangka kini keberadaanya bisa menjadi daya tarik wisata baik bagi warga lokal maupun luar kota.

Saya sendiri sudah tahu keberadaan tebing ini sejak 2018, hanya belum ada kesempatan untuk main ke sini. Sampai akhirnya, teman saya, Santi, mengajak saya untuk explore Jogjakarta, salah satu listnya adalah tebing Breksi. Kami pun pergi awal Januari.



Naik motor, setelah sebelumnya dari Candi Prambanan, maka tebing Breksi akan dengan mudah ditemukan. Karena ada banyak plang nama yang dipasang. Jadi hanya tinggal mengikuti plang nama kami pun sampe di tebing Breksi.


Biaya masuknya 5000-10000 rupiah (aku lupa-lupa inget.. Hehehe). Bersamaan dengan jam makan siang, kami makan siang terlebih dahulu. Sudah tersedia rumah makan besar dengan berbagai macam stand makanan, tinggal pilih suka apa. Selain itu harganya juga terjangkau pas di kantong. Untuk pemakai t-Cash, bsa banget pake scan barcode, sayang saya baru tahu setelah bayar pake cash, hehehe.


Selesai makan, langit mendungpun tiba. Ya karena masih di musim penghujan jadi langit masih suka gloomy. Kami mulai mengelilingi tebing Breksi, dan seriously isinya orang semua. RAME BET!



Mungkin karena bertepatan dengan weekend, orang membludak di sini. Sebenernya langsung jadi males gitu, tapi ya namanya juga tempat wisata ya wajar kalo rame. Akhirnya, saya dan Santi, cari spot foto. Tapi ya itu kebanyakan cendol, hahahaa.. alias bocor sana sini. Pupus sudah harapan untuk dapat foto instagramble ala selebgram. Wkwkkww


Tapi yang paling bikin kesel adalah kesadaran antre dan tahu diri dalam ambil foto sih. Jadi saya udah antre nunggu giliran, tetapi beberapa kali diserobot orang yang baru banget datang, kesel dong. Biasanya aku sih diemin aja. Tapi karena ngerasa aku juga udah antre lama dan sabar nunggu, sementara tuh mba mba baru dateng nyerobot, aku tegur dong. Syukurnya mbanya cukup tahu diri, kalo ga kegnya dia mau foto lebih lama lagi. Hadeuh. Padahal kalo ijin baik-baik mau duluan karena buru-buru or something else pasti aku juga kasih. Hemm...



Pindah ke spot lain, lagi asik muterin, ehh hujan deraspun tiba. Aku dan Santipun harus berteduh, menunggu sekitar 30 menit, kami memutuskan untuk kembali setelah hujan reda. Karena spot di atas memang masih beralaskan tanah, jadi becek dan cukup licin untuk ditapaki.


Untuk fasilitas terbilang udah cukup lengkap, lahan parkir luas, ada kamar mandi, mushola dan tempat makan. Jadi cocok untuk tempat wisata baik solo, berdua, bareng temen atau pacar maupun keluarga.



Demikian lah perjalanan kami menelusuri tebing Breksi, yang bikin aku amaze adalah, adanya ukiran berbentuk Naga dan ukiran bentuk lainnya yang dibuat di atas batu. Wowww artsy banget sih, keren. Jogja emank penuh seniman hebat ya.

Happy Reading, Segerakan Traveling!

With Love,

MRS
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai guys!

How's your life?



Apa yang biasanya traveler pikirkan ketika mendengar kata pantai? Kebanyakan dari kita pasti akan langsung memikirkan tentang pasir putih atau air lautnya. Berbeda dan unik hal yang paling menonjol dari pantai Timang justru karang besar di seberang pantai yang harus disebrangi dengan gondola (kereta gantung) atau jembatan gantung tepat di atas lautan berombak besar.



Pantai Timang terletak di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kec. Tepus, Kab. Gunung Kidul. Ketika tiba di desa terdekat, maka biasanya d'traveler akan ditawari sewa jeep seharga 350ribu untuk pulang pergi. Hal ini karena memang kondisi jalan yang masih bebatuan menuju pantai Timang. Demi hemat, saya dan teman saya, Santi, nekad mencoba naik motor saja. Memang jalanannya masih jelek, jadi ditengah perjalanan saya memilih jalan saja, sedangkan Santi mengendarai motor. Syukurnya mendekati pantai, jalanan mulai membaik jadi saya pun kembali naik motor.


Setibanya di lokasi, masih belum banyak pengunjung yang datang. Pagi adalah pilihan tepat untuk datang ke pantai Timang. Sementara saya sibuk mengabadikan pemandangan, Santi sudah tidak sabar ingin mencoba naik gondola untuk menyebrang ke sebrang batu karang. Saya sebenarnya agak takut dan ngeri naik gondola, tapi karena mikir sudah jauh-jauh  ke pantai Timang masak tidak mencoba ikon unik yang membuat pantai Timang menjadi terkenal itu. Maka dengan merogoh kocek sebesar 150 ribu saya membeli tiket Gondola.


Gondolanya sendiri masih terlihat sangat tradisional. Terbuat dari kayu dan hanya cukup untuk satu atau dua orang saja. Cara kerjanya pun masih manual, yaitu ditarik 6 orang, 3 orang di masing-masing sisi. Bayangkan betapa capek bapak-bapak tersebut, maka harga tiket yang terbilang cukup mahal itu rasanya layak untuk menghargai kerja keras para penarik gondola.



Alternatif lain untuk menuju sebrang adalah jembatan gantung yang berada tepat di sebelah gondola. Harganya lebih murah yaitu 100ribu. Namun saya pikir lebih menakutkan menyebrangi lautan melalui jembatan, jadi setelah mengumpulkan keberanian saya pun menaiki gondola. Sebelumnya saya sudah pesan kepada para penarik gondola, agar pelan-pelan saja mengantarkan saya.



Naik gondola yang cuma sekitar 5 menit itu cukup buat saya berdoa. Sungguh sensasi tegang tapi seru seketika saya rasakan ketika tali gondola mulai berayun. Saran saya jangan melihat ke bawah laut. Serem. Hehehe. Sesampainya di sebrang kita bisa minta dipandu oleh seorang bapak untuk berkeliling sekaligus sebagai fotographer. Ada banyak spot foto menarik disini, salah satunya tulisan " Pantai Timang".

Oh iya selain gondola dan jembatan gantung yang membuat pantai Timang menjadi unik terdapat hal lain yang cukup menarik.  Seperti banyaknya bendera Merah Putih yang berkibar disini. Ada sekitar 9 bendera yang dipasang, cukup banyak ya untuk sebuah tempat wisata.

Mengapa bisa begitu? Saya juga kurang paham, tapi melalui sedikit info dari penjaga tiket disini katanya pengunjung yang datang ke Pantai Timang justru kebanyakan berasal dari Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura bahkan Korea. Bahkan waktu saya kesini, hanya Saya dan Santi yang orang Indonesia. Mungkin banyaknya bendera tersebut sebagai penanda bahwa Pantai Timang berada di Indonesia. Nah loh orang asing aja udah banyak yang berkunjung kesini terlebih kita sebagai orang Indonesia.

Jadi kapan ke sini?

Artikel ini sudah dirilis di detiktravel dengan perubahan seperlunya.

Happy Reading Segerakan Traveling!


With Love,


MRS

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Hai guys, 
What's Up! 


Menyusuri Indonesia ke pulau Maluku Utara, tepatnya di Ternate, ada banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi. Perjalanan ini saya lakukan berdua dengan teman saya, ci Ling-ling. Berikut beberapa tempat yang bisa didatengin.



OBJEK WISATA BATU ANGUS 

Pagi hari,  segera pergi ke Batu Angus, jadi Batu Angus ini merupakan jejak bukti meletusnya gunung Gamalama. Lahar hitam yang mengeras, membentuk bebatuan yang mengeras.


Bebatuan hitam mengeras berwarna hitam inilah yang dinamakan Batu Angus. Ada banyak batu serpihan maupun batuan besar di sana sini. Berlatarkan gunung Gamalama dan berada di pinggir lautan. Maka akhirnya tempat inipun mulai menjadi daya tarik tersendiri, baik bagi warga lokal maupun pendatang yang datang.


Tempat ini cukup baik dikelola. Kebersihannya juga terjaga. Biaya sebesar 10 ribu sudah termasuk parkir motor. Terdapat juga beberapa gazebo sebagai tempat berteduh ketika panas menyapa. Suasananya memang cukup panas, padahal masih pagi. Mungkin karena berada di sebelah laut. Memakai sunblock adalah hal wajib ketika berkunjung ke sini.


Selain bisa menyaksikan bebatuan hitam, background gunung Gamalamanya, di samping objek wisata ini juga, travelovers bisa menikmati deburan ombak yang menyapa. Bisa dibilang Batu Angus ini paket lengkap sih, bisa liat banyak wisata sekaligus. 

PANTAI SULAMADAHA

Selanjutnya travelovers bisa pergi ke pantai Sulamadaha.


Pantai Sulamadaha ini terkenal dengan view Kapal melayangnya. Keliatan melayang karena airnya yang super jernih. Tapi karena timing yang ga pas, kami ga dapet view gitu. Soalnya pantai ini kan  ditutupi bukit-bukit di sekelilingnya. Jadi timingnya harus pas banget.


Pantai Sulamadaha ini ga terlalu jauh dari Batu Angus. Akses ke sini juga gampang banget. Terlebih ada plang nama besar di kanan jalan. Bikin gampang banget untuk nemuin lokasi pantai Sulamadaha.

Setelah lewat pintu gerbang, nanti ada orang yang jaga ticketing. Kami waktu itu bayar 15 ribu udah sama parkir. Dari pintu gerbang masuk, kita masih harus motoran lewatin jalan yang agak seremm sihh kalo aku, jadi aku minta cici yang bawa motor deh. Hahahaa. Aku ga berani. Ya daripada jatuh nyebur laut kan ga lucu.


Sesampainya di lokasi, kami memesan minuman dingin di warung yang ada di pinggiran pantai. Enak banget deh buat santai. Sementara cici lagi santai duduk, aku coba buat snorklingan.



Ternyata usut punya usut,  spot saya snorkling itu bukan tempat untuk snorkling. Terus kalo mau snorklingan itu ada spot tersendiri yang bagus, untuk menuju ke situ harus bayar 200 ribu untuk sewa kapal kecil. Berhubung aku ma ci Ling-Ling emank cuma bentar kami ga nyewa kapal.

Untuk yang mau snorklingan tapi ga bawa alatnya, di warung yang kami singgahi juga menyediakan sewa alat snorkling lengkap. Harganya kisaran 50ribu.



PANTAI FITU

Setelah cukup lama duduk-duduk dan foto-ala-ala, kamipun kembali. Kami kembali ke penginapan untuk mandi dan siap-siap. Sesudah siap kembali dan masih ada waktu tersisa, kami pun kembali pergi menuju pantai Fitu. Iya pantai Fitu yang jadi gambar di uang pecaham 1000 keluaran lama. Yaitu untuk melihat pulau Maitara dan pulau Tidore dengan kapal di tengahnya.



Perjalanan kesini juga ga terlalu susah, karena kalau nyasar tinggal nanya aja. Hahahaa. Setibanya di pantai Fitu, kami pun berfoto lagi. Wahh seneng banget akhirnya bisa liat secara langsung. Hehehe.


Kamipun ga lama-lama di sini. Nah lanjut kami sebenarnya mau ke kebun Cengkeh yang terkenal dari Ternate ini. Udah tanya sana sini tetep aja ga ketemu, dan waktu udah semakin siang. So akhirnya kami memutuskan kembali ke penginapan untuk mengambil barang kami, dan segera menuju bandara.


Tidak terasa sudah harus kembali. Bagi saya pribadi, saya sangat terkesan dengan keramahan dan kebaikan warga Ternate dan Tidore. Jadi ga perlu nyasar, karena kalau nyasar pun bisa nanya ke warga setempat dan mereka akan menjawab dengan ramah dan jelas.

Untuk makanan juga termasuk enak dan terjangkau. Apalagi bagi pecinta seafood. Dijamin segar dan enak. Overall semua saya suka. Hemm mungkin someday bakalan balik lagi ke sini. Semoga. Amin


Happy Reading, Segerakan Traveling!


With Love, 

MRS



Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Hai Guys,
What's Up!



Masih di hari kedua, setelah mampir bentar ke Puncak Fitu. Saya dan Ci Ling-Ling melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Bastiong. Kami sampai sekitar pukul 12.00 WIT, bergegas masuk antrean, ehh ternyata ferrynya belum berangkat. Akhirnya kami memarkirkan motor dan ke warung makan yang ada di sekitar pelabuhan untuk mengisi tenaga.

Berlagak romantis, kami makan sepiring berdua. Rasanya enak dan harganya terjangkau, 20 ribu udah pake cumi. Mayan banget untuk moodbooster siang itu. Selesai makan, kami penasaran dan bertanya kepada petugas kapal tentang jam keberangkatan feri. Sial, jadwal yang tak menentu membuat kami ketinggalan. Ternyata kapal ferry yg kami nanti baru berangkat pukul 2 siang nanti.



Mencari alternatif lain, kami pun bertanya tentang kapal kayu yang bisa membawa serta motor. Syukurnya kapal kayu tersebut ada setiap saat tergantung penumpang yang datang. Tidak membuang waktu kamipun bergegas menuju lokasi kapal kayu bersandar. Lokasinya ga terlalu jauh dari pelabuhan besar kog, hanya perlu jalan beberapa menit.


Woww kapal kayu ternyata lebih efisien. Dengan membayar 25 ribu, kami dan motor diantar menyebrang selama kurleb 10 menit menuju pulau Tidore. Wow tahu gitu mah tadi pagi naik beginian aja ga sih. Hahahaa. Seriously daripada naik Ferry kalo nyebrang ke Tidore better pake kapal kayu aja. Praktis banget!

Di kapal kami pun berfoto dan mengambil video serta ngobrol dengan seorang ibu, yang merupakan penduduk Tidore. Nah si ibu ini hanya perlu bayar 5000ribu rupiah. Si ibu ramah banget dan menjawab semua pertanyaan kami. Pokoknya penduduk Ternate dan Tidore itu ramah-ramah sekali. Lafffffff!!

Setibanya kami di pulau Tidore, kamipun bingung mau kemana dulu. Hahahaa. Emank ga ada itin khusus sihh ini, akhirnya kami nanya abang-abang Tidore. ( entah kenapa seneng banget nanya di sini, habisnya mereka baik-baik banget sih). Si abang menjelaskan dengan sangat panjang dan rinci, udah ngalah-ngalahin GPS pokoknya.


Selanjutnya kami menuju destinasi pertama kami, yaitu benteng Tahelu. Kami pun kembali mengendarai motor selama kurang lebih 30 menit. So far infrastruktur di Tidore udah lumayan baik. Jalanan halus dan rumah-rumah juga bagus.

Mengikuti GPS seharusnya kami sudah tiba di lokasi yang dituju, karena ga ada plang jelas kamipun bablas, nyasar deh. Hahhaa. Tenang, lagi-lagi nanya warga setempat adalah cara jitu. Berhenti di pinggir jalan, seorang ibu baik hati malahan nyuruh anaknya ngantar kami berdua. Wahhh kurang baik apa coba.


Akhirnya kami diantar adik gemash, bukan ke benteng Tahula, tapi ke benteng Torre. Ya lokasinya berdekatan kog, gapapa ke benteng Torre dulu kita.

Awalnya, ketika tiba di padang parkir (iya soalnya terdiri dari lapangan berumput) saya agak underestimated ne, kog kegnya tempatnya biasa aja ya. Saya emank ga ada gambaran sama sekali. Soalnya masih dikit yang nulis tenteng benteng Torre.

Kamipun harus menaiki puluhan anak tangga untuk menuju ke atas. Sesampainya di atas, wow... sungguh indah. Bentengnya bersih asri terawat dengan sangat baik. Wahh mantul deh, so far ini benteng terindah yang pernah saya lihat. Gimana enggak, sekeliling benteng ditanami bunga, ada gazebo juga kursi. Semakin wow karena view di depannya adalah lautan lepas yang cantik.

Saya langsung kepikiran, dulu prajurit yang jaga benteng ini pasti betah jagain benteng dengam view seketjeh ini. Jangan-jangan malah ga konsen jaga benteng lagi. Hehehhee.

Pokoknya nuansanya pas banget untuk ngabisin sore bareng orang terkasih. Untuk biayanya waktu ke siniga ada penjaganya dan ga ada kotak pembayaran. Jadi kami gratis.

Puas ambil foto dan video. Kami berteduh sebentar karena gerimis, setelah reda explore bagian dalam benteng yang masih meninggalkan puing-puing bangunan. Terlena menikmatinya tak terasa hari semakin sore, kami pun melanjutkan perjalanan ke benteng Tahula.


Ternyata benteng Tahula ini  benteng yang udah kami lewati. Berada persis di pinggir jalan besar dan berada di atas tebing gitu, jadi kami ga ngeh karena ga ada plang nama.

Ukuran bentengnya lebih kecil dari benteng Torre. Lokasinya sangat berdekatan dengan laut. Jadi berada di atas benteng Tahula viewnya langsung laut. Tjakep.



Seperti benteng pada umumnya, lokasinya juga berada di ketinggian. Bahkan ini lebih tinggi daripada benteng Torre. Kayaknya sih ini benteng terdepan di Tidore deh, maksudnya mungkin berfungsi sebagai benteng awal ketika ada musuh datang.


Sama seperti benteng Torre, benteng Tahula juga bersih terawat. Setelah selesai melihat-lihat sekeliling benteng dan mengambil beberapa foto kamipun bergegas ke tujuan selanjutnya. Sumber air panas Akesahu.

Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit dengan agak ngebut, soalnya mendung keg mau hujan. Sesampainya di lokasi, sudah ada beberapa warga yang sedang berendam.



Jadi mata air panas Akesahu ini berasal dari gunung yang mengeluarkan air panas gitu. Letaknya tepat di samping pantai Akesahu. Jadi warga setempat biasanya selesai berenang baru berendam di sini. Unik, airnya tawar loh.

Untuk panasnya lumayan panas, saat baru menyeburkan kaki akan langsung terasa panas, tapi entar kalo udah agak lama adaptasi bakalan lebih hangat.

Sambil merendamkan kaki, saya dan ci Ling-Ling bercakap-cakap dengan warga yang lagi berendam juga. Kata mereka air panas tersebut berkhasiat menyembuhkan penyakit. Terutama penyakit kulit, jadi banyak orang yang datang ke sini untuk berobat.

Hal ini menjawab pertanyaan saya yang penasaran kenapa ada begitu banyak kain yang diikatkan dipohon yang ada di depan saya. Katanya, sebagai bentuk terima kasih, bagi orang yang sembuh setelah membasuh diri di sini mereka akan mengikatkan kain sebagai tanda mereka sudah sembuh. Wah agak mistis ya. Tapi itulah kepercayaan setempat.


Haripun semakin sore, kami kembali ke pelabuhan Rum untuk kembali menyebrang ke Pulau Ternate. Dalam perjalanan kami sempat melihat double pelangi di pinggir jalan. Wahh Tidore memang sangat memukau. Saya bersyukur pernah menginjakkan kaki di sini. Semoga ada kesempatan lain untuk mengunjungi tempat uang yang penuh dengan keramahan ini. Amin.

Happy Reading, Segerakan Traveling!

With Love,

MRS


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

Kubbu

Kubbu Network

http://kubbu.net/

https://kubbu.net/wp-content/uploads/2019/06/logo-kubbu-komunitas-blogger-dan-buku-300x225.jpg

Mengenai Saya

Foto saya
mrs.kingdom17
Hiiii... how's your life?
Lihat profil lengkapku

Follow Us

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

recent posts

Sponsor

Facebook

Blog Archive

  • Agustus 2021 (1)
  • Juni 2021 (1)
  • Maret 2021 (1)
  • Januari 2021 (1)
  • Oktober 2020 (30)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (1)
  • Maret 2020 (2)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (3)
  • Desember 2019 (1)
  • November 2019 (4)
  • Oktober 2019 (3)
  • September 2019 (4)
  • Agustus 2019 (3)
  • Juli 2019 (4)
  • Juni 2019 (5)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (4)
  • Maret 2019 (5)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (4)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (2)
  • September 2018 (2)
  • Agustus 2018 (3)
  • Juli 2018 (4)
  • Juni 2018 (3)
  • Mei 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Maret 2018 (8)
  • Februari 2018 (2)
  • Januari 2018 (4)
  • Desember 2017 (11)
  • November 2017 (6)
  • Oktober 2017 (4)
  • September 2017 (1)
  • Agustus 2017 (8)
  • Juli 2017 (4)
  • Juni 2017 (2)

Created with by ThemeXpose