Hai Guys,
What's Up?
Hai hai bagaimana kabar kalian di era new normal ini...semoga kita semua selalu dalam keadaan baik dan sehat. Rasanya udah pengen keluar dan liburan bareng temen dong ya, eits tapi tahan kalau memang belum perlu-perlu banget tetap di rumah aja masih jadi pilihan pertama yang terbaik biar kurva enggak mendadak naik.
Berhubung gak kemana-mana kali ini aku mau cerita tentang trip November tahun lalu yang belum aku tulis, hahaha. Trip ini sebenarnya iseng aja cuma ngisi jeda waktu pas transit di Jakarta sehabis pergi dari kondangan di Lampung (Gilak jauh bener kondangannya) . Jadi aku yang gak mau rugi udah pergi jauh akhirnya ikutan trip camping ceria di pulau Papatheo yang diadakan komunitas sharecost Backpacker Jakarta (BPJ).
Biasanya selalu sendiri kali ini aku trip bareng kembaran tersayang, Yeayy udah lama banget gak trip bareng akhirnya kesampean jalan bareng lagi.
Perjalanan pun dimulai, Sabtu pagi kamu berdua udah siap pukul 6 pagi, naik KRL dari Tebet ke Kota dan lanjut naik ojol menuju pelabuhan Kaliadem sebagai meeting point.
Pertama kalinya ke Pelabuhan Kali Adem, kaget euy banyak banget manusianya. Sumpah hectic banget. (hemm apa kabarnya pas korona gini) Sembari nunggu peserta lain datang kami pun sarapan dulu dan mulai berkenalan dengan sesama peserta.
Sekitar pukul 8 pagi kami pun diminta untuk bersiap menuju kapal, setelah sebelumnya diberi tiket masuk. Kapalnya cukup besar mungkin bisa menampung sekitar 100an orang. Nah kursinya sendiri adalah bekas kursi pesawat gitu, jadi berasa di dalam pesawat tapi di atas air (lol). Oiya karena perjalanan katanya cukup lama sekitar 4 jam an kami menyiapkan life jacket di deket kami ya buat jaga-jaga aja guys. Begitu kapal mulai berangkat kami pun mulai tidur. Hahaha. Monmaap kami orangnya mabuk laut-an jadi cari aman aja tidur sepanjang perjalanan, jadi gak usah ditanya apa yang kami liat ya. Hehehe
Setelah sekitar 4 jam akhirnya kami tiba di pulau Harapan. Di sini kami turun dan makan siang. Selesai makan siang baru diantar kapal yang lebih kecil untuk memulai petualangan kami. Setelah naik kapal sekitar satu jam-an kami pun berhenti dan snorkling, hem aku lupa apa nama pulaunya. Tapi intinya kapal berhenti di tengah laut dan kami diijinkan untuk menyelam. Selain kapal kami, ada juga banyak kapal lain yang berhenti jadi gak usah ditanya ramenya kayak apa.
Kalau ditanya tentang bawah lautnya, jujur cukup miris, karena sebagian besar atau bahkan hampir semua adalah karang yang udah mati. Kalau udah gini ikan juga sedikit dong. Sebenarnya ini yang bikin dilema ya, pariwisata bagus banyak orang datang bisa jadi income tapi kalau kurang paham cara traveling yang benar jadinya justru merusak. Contoh kecil, harusnya snorkling di spot yang airnya dangkal harusnya enggak perlu pake fin karena bisa secara enggak sengaja ngerusak karang. Atau seharusnya kita gak boleh megang atau nginjak karang, makannya perlu jaga jarak aman. Istilah cukup menikmati dari kejauhan aja. Sayangnya ini semua sulit terrealisasi apalagi melihat animo pengunjung yang mungkin kurang pengetahuan dasar tentang hal ini. Ya termasuk aku juga yang masih harus banyak belajar.
Jadi kalau aku pikir-pikir di waktu pandemi Corona seperti sekarang memang bisa jadi waktu yang bagus untuk alam istirahat sejenak dari sentuhan manusia.
Eits tapi tenang, walaupun gak bisa lihat karang indah atau ikan warna warni yang rame, aku masih bisa liat banyak bulu babi yang banyak banget, entah apa aku yang selama ini kurang perhatiin atau memang ada macam-macam jenis bulu babi. Buku babi di sini keliatan agak beda dan bagus banget, jadi seneng aja ngeliatinnya meski kudu hati-hati juga takut kena durinya. Oiya jangan ditanya mana gambarnya ya, belum bisa beli kameranya. Xixixi
Setelah puas snorkling kami disuruh naik kapal dan lanjut ke pulau selanjutnya, lagi-lagi aku lupa apa nama pulaunya. Hehehe. Di pulau ini kami lebih menikmati pantainya foto sana sini dan makan di kedai yang jual gorengan, nikmat banget dong abis basah-basahan makan gorengan yang panas.
Hari semakin sore, kami naik kapal lagi dan akhirnya bener-bener menuju pulau Papatheo, jangan ditanya ya kenapa namanya pulau Papatheo. Di sini kami mulai diriin tenda. Thanks to the team terutama para lelaki yang sigap banget diriin dome, sementara kami para wanita cuma bantu sekadarnya. Tapi beneran kog, ini kayaknya para lelaki yang ikut udah sering naik gunung jadi cepet banget diriin domenya.
Selesai rapihan barang di kami pun bergegas mandi, serius ini mandinya cukup deg-deg an, toiletnya ada di tengah hutan gitu. Tapi yang paling bikin deg-deg an adalah bentukannya yang cuma ala kadarnya bahkan pintunya bisa dibilang enggak ada, untungnya aku bawa kain yang cukup lebar jadi digantung buat jadi pintu buatan. Selebihnya kami pasrah. Hahaha, syukurnya hari udah mulai gelap jadi ya gak parno-parno banget.
Malam harinya kami masak-masak. Lagi-lagi para lelaki sigap buat bersihin ikan dan bakar-bakar ikan, sementara itu para wanita ya asyik ngobrol. Lalu sembari menunggu lauk matang kami juga bermain bermacam-macam permainan.
Ketika ikan bakar akhirnya matang semua, kami pun berkumpul dan membentuk formasi nasi liwet, yups makan bareng ini bener-bener spesial karena semua orang berkumpul makan bareng semua dengan pencahayaan yang temaram ala-ala pendakian.
Selesai makan kamipun masuk sesi perkenalan dengan cara permainan. Karena peserta cukup banyak maka sesi perkenalan selesai hampir jam 12 malam. Seru banget kenal orang baru dengan beragam latar belakang. Selalu perkenalan acara pun selesai dan bebas mau ngapain aja. Ada yang masih ngobrol, dengerin musik, dan yang pasti tidur.
Oiya ternyata nenda di pinggir pantai gak sedingin nenda di gunung, malah cenderung panas, jadi jaket tebel yang aku bawa malah jadi bantal.
Keesokan paginya, aku keliling pantai sambil liat sunrise. Wah fresh banget rasanya. Suasana terasa tenang dan damai banget. Memang ya pantai ini selalu bikin hati bahagia.
Hari pun makin siang, kami sarapan dan mulai beberes. Setelah itu hal wajib yang harus dilakukan adalah foto sana sini. Dari foto sendiri sampai foto keluarga. Hehehe.
Selesai beberes kami pun menuju kapal yang akan membawa kami ke pulau terakhir trip ini, lagi-lagi aku lupa namanya. Hahaha. Ya maap ada 4 pulau yang kami kunjungi masak iya aku inget semua. Di pulau ini lagi-lagi kami foto keluarga. Puas foto kamipun kembali menuju pulau Harapan.
Di pulau Harapan kami makan siang terlebih dahulu, lalu sekitar pukul 1 siang kamipun kembali menuju pelabuhan kali adem.
Nah demikian cerita aku tentang camping ceria di pulau Papatheo. Namanya sesuai sihh dengan apa yang aku dapatkan sepanjang trip ini. Beneran ceria karena ketemu tempat bagus dan temen-temen baru yang baik dan menarik.
Happy Reading, Segerakan Traveling!
MRS
What's Up?
Hai hai bagaimana kabar kalian di era new normal ini...semoga kita semua selalu dalam keadaan baik dan sehat. Rasanya udah pengen keluar dan liburan bareng temen dong ya, eits tapi tahan kalau memang belum perlu-perlu banget tetap di rumah aja masih jadi pilihan pertama yang terbaik biar kurva enggak mendadak naik.
Berhubung gak kemana-mana kali ini aku mau cerita tentang trip November tahun lalu yang belum aku tulis, hahaha. Trip ini sebenarnya iseng aja cuma ngisi jeda waktu pas transit di Jakarta sehabis pergi dari kondangan di Lampung (Gilak jauh bener kondangannya) . Jadi aku yang gak mau rugi udah pergi jauh akhirnya ikutan trip camping ceria di pulau Papatheo yang diadakan komunitas sharecost Backpacker Jakarta (BPJ).
Biasanya selalu sendiri kali ini aku trip bareng kembaran tersayang, Yeayy udah lama banget gak trip bareng akhirnya kesampean jalan bareng lagi.
Perjalanan pun dimulai, Sabtu pagi kamu berdua udah siap pukul 6 pagi, naik KRL dari Tebet ke Kota dan lanjut naik ojol menuju pelabuhan Kaliadem sebagai meeting point.
Pertama kalinya ke Pelabuhan Kali Adem, kaget euy banyak banget manusianya. Sumpah hectic banget. (hemm apa kabarnya pas korona gini) Sembari nunggu peserta lain datang kami pun sarapan dulu dan mulai berkenalan dengan sesama peserta.
Sekitar pukul 8 pagi kami pun diminta untuk bersiap menuju kapal, setelah sebelumnya diberi tiket masuk. Kapalnya cukup besar mungkin bisa menampung sekitar 100an orang. Nah kursinya sendiri adalah bekas kursi pesawat gitu, jadi berasa di dalam pesawat tapi di atas air (lol). Oiya karena perjalanan katanya cukup lama sekitar 4 jam an kami menyiapkan life jacket di deket kami ya buat jaga-jaga aja guys. Begitu kapal mulai berangkat kami pun mulai tidur. Hahaha. Monmaap kami orangnya mabuk laut-an jadi cari aman aja tidur sepanjang perjalanan, jadi gak usah ditanya apa yang kami liat ya. Hehehe
Setelah sekitar 4 jam akhirnya kami tiba di pulau Harapan. Di sini kami turun dan makan siang. Selesai makan siang baru diantar kapal yang lebih kecil untuk memulai petualangan kami. Setelah naik kapal sekitar satu jam-an kami pun berhenti dan snorkling, hem aku lupa apa nama pulaunya. Tapi intinya kapal berhenti di tengah laut dan kami diijinkan untuk menyelam. Selain kapal kami, ada juga banyak kapal lain yang berhenti jadi gak usah ditanya ramenya kayak apa.
Kalau ditanya tentang bawah lautnya, jujur cukup miris, karena sebagian besar atau bahkan hampir semua adalah karang yang udah mati. Kalau udah gini ikan juga sedikit dong. Sebenarnya ini yang bikin dilema ya, pariwisata bagus banyak orang datang bisa jadi income tapi kalau kurang paham cara traveling yang benar jadinya justru merusak. Contoh kecil, harusnya snorkling di spot yang airnya dangkal harusnya enggak perlu pake fin karena bisa secara enggak sengaja ngerusak karang. Atau seharusnya kita gak boleh megang atau nginjak karang, makannya perlu jaga jarak aman. Istilah cukup menikmati dari kejauhan aja. Sayangnya ini semua sulit terrealisasi apalagi melihat animo pengunjung yang mungkin kurang pengetahuan dasar tentang hal ini. Ya termasuk aku juga yang masih harus banyak belajar.
Jadi kalau aku pikir-pikir di waktu pandemi Corona seperti sekarang memang bisa jadi waktu yang bagus untuk alam istirahat sejenak dari sentuhan manusia.
Eits tapi tenang, walaupun gak bisa lihat karang indah atau ikan warna warni yang rame, aku masih bisa liat banyak bulu babi yang banyak banget, entah apa aku yang selama ini kurang perhatiin atau memang ada macam-macam jenis bulu babi. Buku babi di sini keliatan agak beda dan bagus banget, jadi seneng aja ngeliatinnya meski kudu hati-hati juga takut kena durinya. Oiya jangan ditanya mana gambarnya ya, belum bisa beli kameranya. Xixixi
Setelah puas snorkling kami disuruh naik kapal dan lanjut ke pulau selanjutnya, lagi-lagi aku lupa apa nama pulaunya. Hehehe. Di pulau ini kami lebih menikmati pantainya foto sana sini dan makan di kedai yang jual gorengan, nikmat banget dong abis basah-basahan makan gorengan yang panas.
Hari semakin sore, kami naik kapal lagi dan akhirnya bener-bener menuju pulau Papatheo, jangan ditanya ya kenapa namanya pulau Papatheo. Di sini kami mulai diriin tenda. Thanks to the team terutama para lelaki yang sigap banget diriin dome, sementara kami para wanita cuma bantu sekadarnya. Tapi beneran kog, ini kayaknya para lelaki yang ikut udah sering naik gunung jadi cepet banget diriin domenya.
Selesai rapihan barang di kami pun bergegas mandi, serius ini mandinya cukup deg-deg an, toiletnya ada di tengah hutan gitu. Tapi yang paling bikin deg-deg an adalah bentukannya yang cuma ala kadarnya bahkan pintunya bisa dibilang enggak ada, untungnya aku bawa kain yang cukup lebar jadi digantung buat jadi pintu buatan. Selebihnya kami pasrah. Hahaha, syukurnya hari udah mulai gelap jadi ya gak parno-parno banget.
Malam harinya kami masak-masak. Lagi-lagi para lelaki sigap buat bersihin ikan dan bakar-bakar ikan, sementara itu para wanita ya asyik ngobrol. Lalu sembari menunggu lauk matang kami juga bermain bermacam-macam permainan.
Ketika ikan bakar akhirnya matang semua, kami pun berkumpul dan membentuk formasi nasi liwet, yups makan bareng ini bener-bener spesial karena semua orang berkumpul makan bareng semua dengan pencahayaan yang temaram ala-ala pendakian.
Selesai makan kamipun masuk sesi perkenalan dengan cara permainan. Karena peserta cukup banyak maka sesi perkenalan selesai hampir jam 12 malam. Seru banget kenal orang baru dengan beragam latar belakang. Selalu perkenalan acara pun selesai dan bebas mau ngapain aja. Ada yang masih ngobrol, dengerin musik, dan yang pasti tidur.
Oiya ternyata nenda di pinggir pantai gak sedingin nenda di gunung, malah cenderung panas, jadi jaket tebel yang aku bawa malah jadi bantal.
Keesokan paginya, aku keliling pantai sambil liat sunrise. Wah fresh banget rasanya. Suasana terasa tenang dan damai banget. Memang ya pantai ini selalu bikin hati bahagia.
Hari pun makin siang, kami sarapan dan mulai beberes. Setelah itu hal wajib yang harus dilakukan adalah foto sana sini. Dari foto sendiri sampai foto keluarga. Hehehe.
Selesai beberes kami pun menuju kapal yang akan membawa kami ke pulau terakhir trip ini, lagi-lagi aku lupa namanya. Hahaha. Ya maap ada 4 pulau yang kami kunjungi masak iya aku inget semua. Di pulau ini lagi-lagi kami foto keluarga. Puas foto kamipun kembali menuju pulau Harapan.
Di pulau Harapan kami makan siang terlebih dahulu, lalu sekitar pukul 1 siang kamipun kembali menuju pelabuhan kali adem.
Nah demikian cerita aku tentang camping ceria di pulau Papatheo. Namanya sesuai sihh dengan apa yang aku dapatkan sepanjang trip ini. Beneran ceria karena ketemu tempat bagus dan temen-temen baru yang baik dan menarik.
Happy Reading, Segerakan Traveling!
MRS