Kenangan itu bernama, Bapak
Selamat Malam,
Para Pejuang Kenangan
Waktu baca tema ini aku bingung mau nulis tentang apa. Secara aku bukan tipe orang yang suka mellow dan mengenang sesuatu. Jadi kalaupun aku mengenang sesuatu kemungkinan itu hal yang sangat membekas dan udah enggak mungkin terjadi lagi. Well, kenangan bersama bapak mungkin satu-satunya yang aku ingat. Meski enggak banyak juga. So, meski berat aku mau cerita kenangan yang membekas antara aku dan bapak.
Kalau diinget-inget sedih juga, karena cuma ada sedikit kenangan indah bareng bapak. Setelah bapak enggak ada baru menyesal. Kenapa dulu enggak banyak ngobrol, atau foto atau sekadar rajin menelpon.
Sejak tinggal berjauhan ama bapak memang hubungan kami juga sempat menjauh. Khususnya aku. Kelas 2 SMA bapak udah harus pergi ke kota lain untuk cari nafkah demi menghidupi kami anak-anaknya. Bapak di Jawa Tengah, kami di Lampung. Keterbatasaan komunikasi karena hape masih susah dimiliki juga jadi salah satu alasan.
Selain itu, kenangan aku yang banyak mengingat hal menakutkan tentang bapak, bikin aku jadi sosok yang enggak terlalu dekat ama bapak. Lebih ke arah takut sih. Soalnya waktu kecil, bapak memang galak dan displin banget ke anak-anaknya.
Seiring berjalannya waktu, aku yang ngekost kuliah sambil kerja jarang banget berkomunikasi ama bapak. Kesibukan aku jadikan alasan jarang mengangkat telpon dari bapak. Kalaupun diangkat kami hanya berbicara sebentar, sekadar menanyakan kabar. Dulu bapak sering bilang, "Asalkan aku dengar suara kalian aku udah senang". Ya sesederhana itu kebahagiaan bapak, tapi aku yang enggak peka ini hanya sambil lalu mendengarnya.
Lulus S1 dan beberapa tahun aku putuskan untuk lanjut S2 di Ibukota. Aku kabarin bapak mau lanjut sekolah, waktu bapak denger itu ada rasa bangga aku terdengar dari nada bicaranya. Meski diam sesaat dan bertanya, " tapi duitmu darimana inang, bapak enggak ada uang". Aku yang udah menabung dari hasil kerja dengan pede menjawab, " Udah tenang aja pak, kan ada Tuhan ini."
Ternyata berat ya kuliah sambil kerja (lagi) di ibukota. Rasanya lebih berat. Lamar kerja sana sini. Wawancara sana sini. Sampai ketika aku udah nyerah, sepulang dari wawancara aku yang putus asa menelpon bapak. Saat itu melalui telpon aku ceritakan keadaanku, aku menangis bapakpun menangis. Mungkin ini kenangan paling indah antara aku dan bapak. Ya kami menangis bersama. Kalau aku ingat-ingat lagi, aku kaget juga sih, kenapa bapak ikut nangis juga, tapi karena itu juga aku lega. Aku rasa ada orang yang mengasihiku. Lebih dari cukup untuk memberi tenaga baru.
November 2016, Aku lulus S2, bapak ke Jakarta dan menyaksikan aku wisuda. Meski belum mampu memberikan tempat tinggal yang nyaman, tapi bapak yang sederhana dan selalu bersyukur menikmatinya. Aku bersyukur kami sempat jalan-jalan bersama. Dihari bapak kembali ke rumah, sambil menyatakan rasa syukur dan bangga karena aku berhasil selesai kuliah, bapak mencium keningku di stasiun. Aku malu.
Lain waktu dan kisah, saat kerja di kota lain. Aku yang mulai nyaman, lupa lagi dengan keadaan bapak. Pagi itu, telpon berdering dan tertulis nama "Babe". Aku kaget ditelpon sepagi itu. Tak lama berbicara, bapak menangis. Hatiku hancur. Sosok bapak yang kuat ternyata butuh sandaran juga. Kami (kembali) menangis bersama. Hatikupun juga lega. Paling enggak bapak ada teman menangis.
Waktu berlalu, perjuangan kami masing-masing di tempat terpisah. Aku punya rahasia yang belum bisa aku kasih tahu ke bapak. Oktober 2017, Lombok pagi itu indah. Lagi-lagi aku kaget bapak menelpon pagi-pagi. Padahal malamnya kami habis teleponan. Suara disebrang terdengar suara bapak kesakitan, jantungnya sakit. Penyakitnya kambuh. Aku masih tenang. Tak lama aku menelpon lagi, dokter bilang bapak sudah enggak ada.
Hanya penyesalan yang ada, harusnya malam itu aku bilang " Aku sayang bapak".
Meski aku tahu bapak sudah tahu itu.
Anakmu,
-Melati Raya Sihotang-
6 komentar
Aaaaakkkk jujur aku pun bukan tipe anak yg Deket sama orang tua. Tapi beberapa tahun terakhir lagi nyoba buat memperbaiki hubungan soalnya beberapa temen yg udah kehilangan orang tuanya selalu kasih tau utk coba mendekat sblm terlambat. Baca cerita ini kaya di ingetin lagii. Aku jadi sediihh, semoga bapak dapat tenang di sana ya kak.
BalasHapusIyaa....beda kali ya kalau udah kehilangan. Beruntung banget punya temen2 yang ngingetin kamu Ser...mumpung masih ada kesempatan.Thank for support me...
HapusSemoga Bapak tenang di surga ya Kak. Aku nggak punya kenangan banyak sama bapak, soalnya udah dari kecil orangtuaku udah pisah. Beruntung banget Kak Raya, walau sedikit ada kenangan berarti dengan Bapak ya.
BalasHapusAmin. Makasih Mba. Wahh kalau dibandingin giniin aku serasa lebih beruntung, tapi aku percaya masing-masing kita punya ceritanya sendiri. Keep fighting buat mba juga ya.Big Hug.
HapusTerkadang kita baru merasakan kehilangan jika Tuhan mengambil apa yang selama ini ada di dekat kita. Semoga bapak tenang di surga.
BalasHapusIyaaa....kalau udah gak ada baru menyesal. Amin, thanks kohmin.
Hapus